Alunan cinta sebuah masjid
Jam beker yang berdering nyaring membuatnya terbangun dari lelap. Setelah seharian melakukan aktivitas, sungguh nikmat yang tak terbayarkan dia rasakan ketika istirahat hanya tiga jam. Tiga jam baginya adalah lebih dari cukup untuk istirahat karena seharian beraktivitas. Dia bergegas langsung menuju tempat wudhu yang tak jauh dari tampatnya. Karena tugasnya adalah untuk memakmurkan masjid,maka dia harus bangun lebih awal. Jam di tangannya menunjukkan jam 03:00 itu berarti waktu yang tepat untuk menyampaikan keluh kesah dan harapannya kepada sang pencipta.
‘’Imran…imran…imran…!!! ketika mendengar suara itu dia membatalkan takbiratul ihramnya dan langsung menoleh ke asal suara tersebut’’.
‘’Eeeh burhan, ada apa bur?sahut imran dengan nada pelan’’.
Dengan mata terkantuk dan muka yang agak sedikit kusut, burhan meminta imran untuk shalat tahajjud berjamaah.
‘’Tunggu bentar ya ron, aku ambil air wudhu dulu! Pinta burhan dengan suara yang dipaksakan’’.
‘’Ya sudah cepetan sana! Balas imran dengan tegas’’.
Burhan langsung menuju tempat wudhu dengan langkah yang lunglai. Sementara menunggu burhan, imran mengambil Al-qur’an dan membacanya. Imran mempunyai suara yang sangat indah. Dia membuka surat ar-rahman dan mengalunkannya dengan tartil. Dia berhenti pada ayat yang artinya”maka, nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan”. Dia sadar bahwa sungguh banyak nikmat Tuhan yang selalu diberikan kepada hamba-hambaNya tapi hanya sedikit yang bersyukur. Imran menaruh al-quran itu didepan tempat shalatnya. Lalu, dia berdiri karena burhan sudah nampak dari pintu samping masjid dan mereka siap-siap untuk berserah diri kepada sang pencipta dan beribadah pagi itu dengan dipimpin oleh imran.
Burhan ialah teman kelas imran yang dipercayakan tuanguru H.Mujtaba yaitu pimpinan pondok pesanteren At-Tahzib Kekait untuk mengajar bahasa indonesia pada tingkat tsanawiyah atau setara SMP. At-tahzib, itulah nama pondok yang bediri satu-satunya di desa kekait dengan ilmu,iman, dan amal yang menjadi tujuannya.
Tuanguru H.Mujtaba selalu melatih santri-santrinya yang sedang menempuh semester akhir untuk mengajar. Itu semua dia lakukan karena minimnya tenaga pengajar yang benar-benar ikhlas mengajar karena ALLAH. Dia selalu menanamkan sikap ikhlas kepada santri-santrinya setiap kali mengisi materi. Dia hanya ingin melihat santri-santri didikannya kelak berhasil dan bisa mengabdi pada pondok pesanteren untuk meneruskan tujuannya yaitu iman,ilmu, dan amal.
Selesai melakukan shalat tahajjud, mereka berdua kemudian berzikir dengan sangat khusyuk. karena waktu subuh masih satu setengah jam lagi, burhan langsung menuju kamarnya untuk membaca kitab-kitab dan buku pelajaran yang sudah dia kaji sebelumnya di majlis-majlis ilmu pengetahuan. Sedangkan imran lebih memilih berdiam di masjid untuk melakukan tadabbur al-qur’an sambil menunggu waktu subuh tiba
Imran yang selama ini juga dikenal oleh santri-santri dan masyarakat sebagai penghafal al-qur’an dan sudah menjelajah di tingkat nasional untuk lomba memang sangat di harapkan oleh tuanguru H.Mujtaba untuk membuka kelas tahfiz atau penghafal khusus untuk al-quran.Harapan itulah yang membuat imran selama ini terus mengulangi hafalannya agar bisa lebih lancar dan bisa mewujudkan harapan tuanguru.
Sementara imran sedang asyik melakukan tadabbur al-quran, diluar sana tepatnya di asrama santri sedang ribut-ributnya para ustas membangunkan para santri untuk melakukan shalat subuh berjamaah. Karena letak masjid tempat imran tinggal dan asrama santri hanya dipisahkan oleh jalan yang sering digunakan orang lalu-lalang. Imran melirik jam tangannya jam 05.30 itu berarti waktu shalat subuh sudah tiba dan kemudian dia langsung melantunkan azan dengan suara yang sangat merdu. Para santri yang mendengar azan tersebut pasti akan langsung terbayang sosok imran yang dengan tangan kiri memegang mikropon dan tangan kanan memegang telinga sambil melantunkan azan. Begitulah cara imran azan tapi suaranya sangatlah merdu.Para santri langsung datang memenuhi masjid untuk siap-siap melakukan shalat berjamaaah yang kadang dipimpin oleh tuanguru jika sempat ke masjid. Rumah tuanguru H.Mujtaba memang lumayan jauh. Tapi jika beliau tidak sempat hadir dimasjid, maka imran lah yang akan menggantikannya menjadi imam shalat subuh.
Pagi itu kebetulan tuanguru tidak ada di rumahnya karena memang beliau pergi silaturrahim ke rumah kerabatnya di kediri. Sudah tentu jika beliau pergi ke kediri, maka bisa dipastikan beliau menginap dua atau tiga hari disana. Pagi itu imran menjadi imam shalat subuh untuk pertama kalinya. Tapi tetap saja dia kelihatan santai-santai saja seperti sudah terbiasa. Selesai shalat, para santri langsung mengambil kitab-kitab mereka untuk dikaji dan langsung menuju tempat mereka masing-masing sesuai dengan jadwal yang sudah ditentukan.
Imran dan burhan langsung mengambil kitab hadist mereka karena hari itu adalah hari kamis dan jadwalnya memang untuk mengkaji ilmu hadist. Mereka langsung ke rumah ustas dahlan yang memang beliaulah guru hadist satu-satunya setelah tuanguru H.Musyir meninggal dunia setengah tahun lalu. Tuanguru H.Musyir adalah guru yang sangat disegani oleh masyarakat termasuk para santri. Imran merupakan santri yang selalu dibanggakan oleh almarhum tuanguru H.Musyir karena dia sangat mengharumkan nama pondok pesanteren dengan prestasinya yaitu menjadi salah satu santri yang menghafal al-quran. Imran selalu teringat oleh hadist yang pernah disampaikan oleh almarhum tuanguru H.musyir yaitu semua perbuatan tergantung pada niatnya. Itulah yang selalu terbayang dipikirannya. Mereka kemudian langsung mengkaji ilmu hadist bersama para santri lainnya. Ustas dahlan pun menyampaikan ilmunya pada majlis yang mulia itu. Jam 06.30 mereka sudah selesai dan langsung bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Imran yang duduk di kelas tiga aliyah semester pertama memang tidak berbeda pada waktu dia duduk di kelas satu bahkan pertama kali dia menginjakkan kaki di pondok pesanteren At-Tahzib, dia selalu juara di kelasnya. Meskipun begitu, dia tidak pernah merasa puas dengan hasilnya karena masih banyak tantangan yang akan dihadapi dalam hidup ini.
Pagi itu, dia pergi ke perpustakaan pada jam istirahat untuk meminjam buku. Disana dia bertemu dengan muna. Muna adalah siswa yang cantik, solehah, dan berprestasi pula. Hanya munalah saingan imran satu-satunya yang nilai ujiannya hampir sama dengan nilai imran. Tapi tetap saja imran lah yang berhasil mendapatkan nilai ujian tertinggi di kecamatan gunungsari dengan disusul oleh muna di belakangnya. Imran memperhatian muna sejak kelas satu aliyah. Entah naksir atau apa!
Muna bermaksud untuk meminjam buku yang berkaitan dengan fiqih wanita. Begitu mendapatkannya, dia langsung pergi ke petugas perpustakaaan dan kemudian langsung menuju kelas karena lima menit lagi guru fiqih akan masuk ke kelasnya. Sebelumnya mereka sempat saling bertatapan karena imran baru saja sampai pintu perpustakaan sedangkan muna dalam hitungan detik keluar meninggalkan perpustakaan. Baru pertama kali lah imran melihat wajah muna dari dekat karena selama ini selain gedung sekolah yang jauh terpisah antara yang laki-laki dan perempuan, imran hanya bisa melihat gerak-gerik muna yang sudah dia hafal dari jauh. Tetapi baru pertama kali di perpustakaan dia melihat dengan jelas wajah muna. Dia tidak henti-hentinya memuji kebesaran Tuhan yang telah menciptakan manusia dengan sesempurnanya. Hanya manusia lah yang di ciptakan oleh Tuhan dengan sempurna.
Mulai hari itulah imran diam-diam berbisik dengan sangat pelan pada hatinya bahwa dia mengagumi sosok muna lebih dalam. Dia lebih sering berkomunikasi lewat telepon itupun hanya sekedar smsan untuk tanya kabar. Muna tinggal di desa kekait yang tak jauh dari sekolahnya. Karena memang ibu dan bapaknya asli orang kekait. Dia empat bersaudara, adiknya yang paling kecil sekolah kelas satu di tingkat tsanawiyah di tempat yang sama. Kakaknya yang kedua masih menempuh semester tiga di salah satu universitas ternama di nusa tenggara barat. Sedangkan kakaknya yang paling besar sudah menikah dengan seorang tukang bangunan dan sekarang sudah punya anak perempuan satu berumur 10 tahun dan tinggal di rumah mertuanya.
Zarini rania tsuraya, itulah nama anak dari kakaknya muna yang paling besar. Hanya zarini lah satu-satunya yang bisa mengisi waktu luangnya. Karena pekarjaannya sepulang sekolah selain belajar adalah membantu ibunya untuk melakukan pekerjaan rumah. Semenjak kakak perempuannya menikah, munalah yang harus membantu ibunya karena dialah satu-satunya anak perempuan yang masih tinggal bersama ibunya. Aktivitasnya sangatlah padat seharian penuh. Mulai dari sekolah, pekerjaan rumah, tugas dari sekolah, kursus, ngaji, dan masih banyak lagi.
Tapi walaupun begitu dia sangat santai dan menikmati semua pekerjaan yang dia lakukan. Dia tidak pernah mengeluh kepada siapapun. Berbeda dengan anak perempuan tetangganya yang juga adalah bibinya muna. Nisfujatin, itulah namanya. Nisfujatin orangnya sangat berbanding terbalik dengan muna. Jaten, itu nama panggilannya, dia sangat benci kepada pekerjaan yang membuat dia lelah. Dia sangat terkenal durhaka kepada ibunya. Ibunya sudah tidak asing mendengar kata-kata kasar yang terlontar begitu saja dari mulut anaknya itu. Kadang juga sebagai ibu haruslah terus bersabar tentang kelakuan anaknya yang sudah keterlaluan itu. Padahal dalam pengajian sudah berulangkali disampaikan bahwa janganlah berkata ah kepada kedua orangtuamu. Sangat luar biasa pesan seorang ustas kepada jamaah pengajian di salah satu masjid di kekait yaitu baiturrahman. Mengatakan ah saja kepada kedua orang tua kita sangat tidak dibolehkan, apalagi sampai membuatnya sakit hati NAUDZUBILLAH.
Muna sudah terlalu sering menasihati jaten, tapi jaten yang selaku menjadi bibinya muna malah mengatakan”kamu baru lahir jadi tidak tahu apa-apa, mendingan diam sajalah”. Muna tetap sabar menunggu hingga suatu hari yang sangat dia nantikan bisa datang yaitu tidak ada lagi cacian terhadap ibu, tidak ada lagi ibu yang harus terluka karena perlakuan anaknya, tidak adalagi tangis yang jatuh dari pelupuk matanya yang sangat indah. Muna berharap suatu saat jaten bisa menyadarinya.
Jam 14.00, muna harus siap-siap karena 5 menit lagi ada kelas kursus komputer. Dia hanya bisa beristirahat satu jam untuk sekedar menikmati indahnya lelap saat letih melanda. Siang itu dia kursus dengan sangat lemas, tidak seperti hari-hari biasanya yang selalu ceria dan semangat yang terpancar dari wajahnya. Entah kenapa muna bisa berbeda hari itu!
Setibanya ditempat kurus, dia langsung menuju mejanya. Pak juaini selaku guru komputernya sudah dari tadi berada di tempat tersebut. Muna tidak berkata apa-apa kepada gurunya selain ucapan salam yang dia lontarkan waktu pertama dia memasuki ruangan kursus itu.
Pak Juaini adalah guru yang terkenal ambisius. Apapun yang dia inginkan harus segera dia dapatkan yaitu termasuk menjadi suami muna. Dia adalah orang pertama yang mengucapkan suka kepada muna. Tapi ekspresi muna saat pak jua mengatakan hal tersebut sangatlah kelihatan tidak suka. Tidak suka karena pak jua orangnya blak-blakan, suka merayu semua siswanya yang cantik-cantik termasuk muna. Muna adalah salah satu siswa yang harus menanggung perbuatan pak jua karena pada suatu hari, muna disuruh pulang belakangan dari tempat kursus gara-gara ada tugas dari pak juaini yang belum dia selesaikan. Muna berpikir bahwa tidak ada satupun tugas dari para guru yang ia lewatkan apalagi ini pelajaran komputer yang sangat dia sukai.
Sore itu muna menuruti perintahnya pak juaini yaitu dia harus pulang belakangan dari teman-temannya. Muna merasa sangat takut karena pintu ditutup oleh pak juaini, mereka hanya berdua di ruangan itu. Pak juaini dengan tegas menyuruh muna mematikan komputer yang ada dihadapannya. Kemudian pak juaini duduk sangat dekat dengan muna. Muna bertambah takut. Tok….tok….tok….!!! terdengar suara seorang perempuan dari luar sambil memanggil nama pak juaini. Pak juaini segera beranjak dari tempatnya dan membuka pintu dan ternyata yang datang adalah srikah temannya muna yang bermaksud untuk mengambil handphonenya yang tertinggal. Srikah langsung berbisik pelan ke telinga muna bahwa pak juaini ada maksud jahat padanya.